Transduser Termokopel
Berasal dari kata “Thermo”
yang berarti energi panas dan “Couple”yang berarti pertemuan dari dua buah
benda. Termokopel adalah transduser aktif suhu yang tersusun dari dua buah
logam berbeda dengan titik pembacaan pada pertemuan kedua logam dan titik yang
lain sebagai outputnya.
Sebuah termokopel
terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya disambung sehingga menghasilkan
suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari suhu, diketahui sebagai
tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck voltage,
yang ditemukan oleh Thomas Seebeck pada 1921.
Hubungan antara tegangan
dan pengaruhnya terhadap suhu masing-masing titik pertemuan dua buah kawat
adalah linear. Walaupun begitu, untuk perubahan suhu yang sangat kecil, tegangan
pun akan terpengaruh secara linear, atau dirumuskan sebagai berikut
:
dengan ΔV
adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien seebeck, dan ΔT
adalah perubahan suhu. Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu,
yang berdampak pada nilai keluaran berupa tegangan termokopel tersebut, dan
nilai S akan bersifat non-linear di atas rentang tegangan dari
termokopel tersebut.
Termokopel diberi
tanda dengan hurup besar yang mengindikasikan komposisinya berdasar pada aturan
American National Standard Institute (ANSI), seperti dibawah ini :
Tabel Sifat dari
beberapa tipe termokopel pada 250C
Tipe
|
Material( + dan -)
|
Temp.Kerja(0C)
|
Sensitivitas(µV/0C)
|
E
|
Ni-Cr dan Cu-Ni
|
-270 ~ 1000
|
60.9
|
J
|
Fe dan Cu-Ni
|
-210 ~ 1200
|
51.7
|
K
|
Ni-Cr dan Ni-Al
|
-270 ~ 1350
|
40.6
|
T
|
Cu dan Cu-Ni
|
-270 ~ 400
|
40.6
|
R
|
Pt dan Pt(87%)-Rh(13%)
|
-50 ~ 1750
|
6
|
S
|
Pt dan Pt(90%)-Rh(10%)
|
-50 ~ 1750
|
6
|
B
|
Pt(70%)-h(30%)dan Pt(94%)-Rh(6%)
|
-50 ~ 1750
|
6
|
Rangkaian
pengkondisi sinyal berfungsi untuk mengolah sinyal dari transduser
termokopel berupa tegangan yang cukup kecil menjadi tegangan yang lebih besar,
sehingga output dari rangkaian ini dapat dibaca oleh untai Analog Digital
Converter (ADC).
Rangkaian signal
conditioning terbagi dalam 3 blok fungsi:
a)
Low pass Filter
Termokopel yang
terlalu panjang bisa menangkap sinyal liar layaknya sebuah antenna, karena
output dari termokopel merupakan sinyal berfrekuensi rendah, perlu dipasang
sebuah filter untuk menghilangkan sinyal frekuensi tinggi yang tidak lain
adalah noise. R4, R5, C1, dan C2 adalah komponen penyusun low pass filter yang
memiliki frekuensi cut off sekitar 3Hz. Diode zener D1 dan D3 digunakan untuk
membatasi input yang masuk ke rangkaian. Resistor pull up 1MΩ berfungsi sebagai
pengaman pada saat termokopel putus / tidak terhubung, karena saat termokopel
tidak terhubung input rangkaian signal conditioning menjadi besar sehingga
pemanas tidak akan menyala bila alat ini digunakan sebagai pengendali suhu.
b)
Penguat tingkat I
Penguat Tingkat I
adalah rangkaian non Inverting OP-AMP menggunakan IC OP 07. Kami memilih
penguat jenis non inverting dengan pertimbangan penguat non Inverting memiliki
impedansi masukan yang sangat tinggi dan impedansi keluaran yang rendah, selain
itu sinyal input dari termokopel sebanding dengan kenaikan suhu. Didalam
rangkaian ini terdapat 2 buah potensiometer. R3 sebagai Zero adjustment,
berfungsi untuk mengatur besar kecilnya tegangan offset keluaran. Tegangan
offset adalah tegangan yang timbul pada keluaran saat nilai inputannya nol.
Tegangan ini digunakan untuk menentukan suhu terendah yang bisa dibaca alat
ukur ini. R10 sebagai Gain Adjustment, berfungsi untuk mengatur besar penguatan
pada tingkat ini, dengan menganggap tegangan offset = 0V, besar penguatannya
adalah seperti berikut:
penguatan saat potensiometer posisi minimal:
penguatan saat potensiometer posisi
maksimal
c) penguat tingkat II
Penguat tingkat II
juga menggunakan penguat Non Inverting sama seperti menguat tingkat I. Op
Amp yang digunakan adalah LF 353 Pada penguat ini nilai gain adalah tetap yaitu
sebesar :
Selanjutnya bila rangkaian di analisis secara keseluruhan, rangkaian signal
conditioning memiliki penguatan sebesar:Penguatan saat potensiometer posisi minimal
Penguatan saat potensiometer posisi maksimal
Besarnya penguatan rangkaian signal conditioning adalah 210 – 279 kali. Sedangkan tegangan outputnya sebesar:
Merancang Catu daya DC Kembar
(Plus dan Minus)
Salah satu bagian terpenting dalam
rangkaian elektronika ialah untai catu daya, rangkaian ini yang menjadi sumber
tegangan dan arus dari alat yang kita gunakan, kestabilan dan ketahanan
catudaya sangatlah penting, selain itu keamanan dari rancangan catu daya juga
tidak lah penting, banyak kejadian konsleting akibat daya tahan dari catu daya
tersebut yang tiadak baik… nach pada artikel kali ini kami mencoba
menshare salah satu cara pembuatan catu daya kembar, yang dapat bertegangan
pada teganagan -9v dan +9v dan +5v dengan mengutamakan kemanan dan
kestabilan catudaya.
Secara singkat penjelasan dari blok
rancangan catu daya tersebut ialah sebagai berikut:
Tegangan jala jala 220V AC (misal
dari PLN) diturunkan menjadi tegangan 12 ct 12 AC oleh transformator 300mA,
selanjutnya diubah menjadi tegangan DC oleh Dioda Bridge 1A dan diperhalus oleh
C 1000uF. Tegangan ini kemudian diregulasi oleh IC 7805, 7809, dan 7909 agar
outputnya sebesar yang diharapkan. Adapun hal yang perlu diperhatikan dari
merancang tegangan regulasi menggunakan IC78xx ialah karakteristik dari IC78xx
sebagai berikut:
Tipe
|
Vout (V)
|
Iout (A)
|
Vin (V)
|
|||
78XXC
|
78LXX
|
78MXX
|
Min
|
Max
|
||
7805
|
5
|
1
|
0,1
|
0,5
|
7,5
|
20
|
7806
|
6
|
1
|
0,1
|
0,5
|
8,6
|
21
|
7808
|
8
|
1
|
0,1
|
0,5
|
10,6
|
23
|
7809
|
9
|
1
|
0,1
|
0,5
|
11,7
|
24
|
7810
|
10
|
1
|
0,1
|
0,5
|
12,7
|
25
|
7812
|
12
|
1
|
0,1
|
0,5
|
14,8
|
27
|
7815
|
15
|
1
|
0,1
|
0,5
|
18
|
30
|
7818
|
18
|
1
|
0,1
|
0,5
|
21
|
33
|
7824
|
24
|
1
|
0,1
|
0,5
|
27,3
|
38
|
Information
Storage Device (ISD) seri 25120 Chip Corder merupakan peralatan
yang dirancang untuk merekam dan memutar ulang suara dalam satu chip.
Gambar Diagram blok
IC ISD25120
IC ISD 25120
mempunyai beberapa perlengkapan didalamnya, antara lain osilator internal,
mikropon pre-amplifier, automatic gain control, tapis perata
dan speaker amplifier (penguat speaker).
Struktur PIN ISD25120
Konfigurasi pin
sebagai berikut:
- Ax/Mx (Address/Mode Inputs). Alamat/mode masukan mempunyai dua fungsi tergantung pada logika dari dua Most Significant Bits (MBS) yang terdapat pada pin alamat (A8 dan A9). Jika salah satu atau kedua MBS berlogika rendah, seluruh pin masukan diterjemahkan sebagai bit alamat dan digunakan sebagai awal alamat pada saat siklus rekam atau putar ulang. Pin alamat hanya sebagai pin masukan dan bukan merupakan keluaran dari alamat internal selama operasi.
- AUX IN (Auxillary Input). Masukan auxillary dikuatkan melalui pin keluaran amplifier dan pin keluaran speaker ketika CE berkondisi tinggi, P/R tinggi dan putar ulang pada saat ini tidak aktif atau jika komponen dalam kondisi putar ulang overflow.
- VSSA, VSSD (Ground). Komponen ISD25120 dilengkapi dengan ground analog dan ground digital. Pin-pin tersebut harus dihubungkan terpisah melalui sebuah bagian impedansi rendah ke ground catu daya.
- SP+/SP- (Speaker Output). Semua komponen dalam ISD25120 terdapat sebuah chip driver speaker, yang mampu men-driver 50 mW dalan 16Ω dari AUX IN (12,2 mW dari memori).
- VCCA,VCCD (Sumber Tegangan). Untuk mengurangi noise, rangkaian analog dan digital pada komponen ISD25120 digunakan sumber tegangan yang terpisah. Jalur sumber tegangan yang keluar ke pin dibedakan. Jika hanya menggunakan sebuah sumber tegangan, maka harus di-couple dengan kapasitor.
- MIC (Microphone). Pin mikropon memindahkan sinyal masukan ke dalam chip preamplifier. Rangkaian Automatic Gain Control (AGC) di dalam chip mengontrol penguatan preamplifier dari -15 hingga +24dB. Mikropon luar harus dikopeling dengan kapasitor ke dalam pin mikropon ini.
- MIC REF (Microphone Reference). Masukan MIC REF adalah masukan inverting ke penguat mikropon.
- AGC (Automatic Gain Control). Kegunaan dari AGC adalah untuk menambah atau mengurangi secara otomatis penguatan (gain) dari preamplifier, dan juga meluaskan batas dari sinyal masukan yang dapat digunakan oleh mikropon tanpa terjadi distorsi. AGC ini dapat secara dinamis meluaskan batas dari suara yang terekam dari suara bisikan sampai suara yang keras. Untuk menggunakan fasilitas AGC ini, resistor dan kapasitor luar (eksternal) harus dihubungkan secara paralel antara pin AGC dengan ground.
- ANA IN (Analog Input). Kapasitor eksternal (luar) yang menghubungkan antara ANA IN dan ANA OUT. Nilai dari kapasitor luar, dengan impedansi masukan 3 KΩ dari ANA IN, dapat dipilih untuk memberikan keadaan cutoff pada frekuensi rendah.
- OVF (Overflow). Sinyal ini berlogika rendah pada akhir dari memori IC, mengindikasikan bahwa komponen telah penuh dan pesan telah overflow. Keluaran OVF kemudian diikuti masukan CE selama pulsa PD direset. Pin ini dapat dugunakan untuk penggunaan beberapa komponen ISD25120 lebih dari satu untuk meningkatkan durasi rekam dan putar ulang.
- CE (Chip Enable). Pin masukan CE dikondisikan rendah untuk memperbolehkan seluruh operasi putar ulang dan rekam. Pin alamat dan pin P/R dikunci oleh tebing turun dari CE. CE mempunyai fungsi tambahan dalam mode operasional Push-Button.
- PD (Power Down). Ketika tidak ada operasi rekam atau putar ulang, pin PD harus di pull-up untuk menempatkan pada kondisi standby. Ketika kondisi overflow, PD harus di kondisikan tinggi untuk mereset alamat pointer kembali ke awal memori.
- EOM (End Of Message). Sebuah tanda akan dimasukkan secara otomatis pada akhir setiap pesan yang direkam. Tanda ini akan ada sampai akhir pesan yang direkam. EOM menguluarkan pulsa rendah untuk sebuah periode dari akhir setiap pesan.
- XCLK (External Clock). Pin masukan clock eksternal mempunyai sebuah perlengkapan pull-down internal. Perlengkapan ini dikonfigurasi pada pabrik dengan suatu pengambilan contoh clock internal frekuensi tengah hingga ± 1% dari spesifikasi.
Rangkaian komparator LM393
LM393 adalah Komparator yang di dalamnya terdapat dua Komparator tegangan yang independent. Komparator ini didesain dapat beroperasi pada single power supply dengan tegangan dari 2 sampai 36 volt. Blok diagram internalnya terlihat di Gambar 1.
Gambar 1. Blok
Diagram Internal LM393
Alasan menggunakan komparator ini karena komparator ini dapat beroperasi
tanpa catu daya negatif. Selain itu komparator ini dapat bekerja hanya dengan
tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt merupakan catu daya yang biasa digunakan
mikrokontroler sehingga catu daya dapat diambilkan dari catu daya mikrokontroler
apabila sistem yang dibuat menggunakan mikrokontroler.Komparator LM393 menggunakan output open collector yaitu bagian kolektor dari transistornya tidak dihubungkan tegangan positif sedangkan emitornya terhubung ke ground. Transistor yang dirangkai sebagai open collector terlihat di Gambar 2. Outputnya biasanya dihubungkan dengan resistor pull up untuk menahan output high saat transistor OFF. Saat transistor ON arus singking melewati transitor. Besarnya arus sinking ini tergantung besarnya resistor pull up.
Gambar 2. Transistor
yang dirangkai sebagai open collector
Transistor Sebagai Saklar
Penggunaan transistor sebagai saklar artinya mengoperasikan transistor pada salah satu kondisi yaitu saturasi atau cut off. Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi maka transistor berlaku seperti saklar tertutup antara kolektor dan emiter. Jika transistor cut off transistor berlaku seperti saklar terbuka.Gambar di bawah menunjukkan salah satu contoh pengunaan sebuah transistor sebagai saklar beserta garis beban dc. Pengaturan on-off transistor dengan mengatur level tegangan pada basis transistor tersebut. Jika arus basis lebih besar atau sama dengan arus basis saat saturasi, titik kerja transistor berada pada ujung atas garis beban dc, dalam kondisi ini transistor berlaku sebagai saklar tertutup. Sebaliknya jika arus basis nol, titik kerja transistor berada pada titik ( P ) dalam kondisi ini transistor berlaku sebagai saklar terbuka.
Gambar Titik Kerja Transistor
Karakteristik Kolektor Transistor
Gambar Kurva Karakteristik
Kolektor Transistor
Kurva karakteristik kolektor merelasikan IC dan VCE dengan IB sebagai parameter. Parameter-parameter transistor tidaklah konstan, meskipun tipe sama namun parameter dapat berbeda. Kurva kolektor terbagi menjadi tiga daerah yaitu jenuh, aktif dan cut- off.
Daerah jenuh (saturasi) adalah daerah dengan VCE kurang dari tegangan lutut (knee) VK. Daerah jenuh terjadi bila sambungan emiter dan sambungan basis berprasikap maju. Pada daerah jenuh arus kolektor tidak bergantung pada nilai IB. Tegangan jenuh kolektor – emiter, VCE(sat) untuk transistor silikon adalah 0,2 volt sedangkan untuk transistor germanium adalah 0,1 volt.
Daerah aktif adalah antara tegangan lutut VK dan tegangan dadal (break down) VBR serta di atas IBICO. Daerah aktif terjadi bila sambungan emiter diberi prasikap maju dan sambungan kolektor diberi prasikap balik. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding dengan arus balik. Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi pada saat aktif.
Daerah cut-off (putus) terletak dibawah IB = ICO. Sambungan emiter dan sambungan kolektor berprasikap balik. Pada daerah ini IE = 0 ; IC = ICO = IB.
Merancang Rangkaian Sensor Garis
Sensor garis sering
digunakan pada robot line follower (robot pengikut garis), digunakan juga
sebagai pendeteksi objek dengan permukaan bidang pantul yang kontras…. nach
pada blog ini dijelaskan bagaimana cara mendesain sensor garis tersebut
menggunakan sensor photodiode. Selain menggunakan photodiode
dapat juga dirancang dengan menggunakan phototranssistor, infra
red, dan masih banyak laennya.
Sensor photodiode
adalah salah satu jenis sensor peka cahaya (photodetector). Photodiode
akan mengalirkan arus yang membentuk fungsi linear terhadap intensitas cahaya
yang diterima. Arus ini umumnya teratur terhadap power density (Dp).
Perbandingan antara arus keluaran dengan power density disebut sebagai
current responsitivity. Arus yang dimaksud adalah arus bocor ketika
photodiode tersebut disinari dan dalam keadaan dipanjar mundur.
Hubungan antara
keluaran sensor photodiode dengan intensitas cahaya yang diterimanya
ketika dipanjar mundur adalah membentuk suatu fungsi yang linier. Hubungan
antara keluaran sensor photodiode dengan intensitas cahaya ditunjukkan
pada Gambar berikut.
Gambar Hubungan
keluaran photodiode dengan intensitas cahaya
Mekanisme Perancangan Sensor Garis
LED superbright
berfungsi sebagai pengirim cahaya ke garis untuk dipantulkan lalu dibaca oleh
sensor photodiode. Sifat dari warna putih (permukaan terang) yang
memantulkan cahaya dan warna hitam (permukaan gelap) yang tidak memantulkan
cahaya digunakan dalam aplikasi ini. Gambar dibawah ini adalah ilustrasi mekanisme
sensor garis.
Gambar Ilustrasi
mekanisme sensor garis
Prinsip Kerja Sensor
Pada rancangan
sensor photodiode dibawah ini, nilai resistansinya akan berkurang bila terkena
cahaya dan bekerja pada kondisi riverse bias. Untuk pemberi pantulan
cahayanya digunakan LED superbright, komponen ini mempunyai cahaya
yang sangat terang, sehingga cukup untuk mensuplai pantulan cahaya ke photodiode.
Berikut ini prinsip dan gambaran kerja dari sensor photodiode.
Gambar Sensor photodiode
tidak terkena cahaya
Saat photodiode
tidak terkena cahaya, maka nilai resistansinya akan besar atau dapat
diasumsikan tak hingga. Sehingga tidak ada arus bocor yang mengalir menuju
komparator.
Gambar Sensor photodiode
terkena cahaya
Saat photodiode
terkena cahaya, maka photodiode akan bersifat sebagai sumber
tegangan dan nilai resistansinya akan menjadi kecil, sehingga akan ada arus
bocor yang mengalir ke komparator.
SCR (silicon-controlled-rectifier)
Telah dibahas pada blog ini, bahwa untuk membuat tiristor menjadi ON adalah dengan memberi arus triger lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada tiristor PNPN seperti di Gambar 1a. Karena letaknya yang dekat dengan katoda, pin gate dapat juga disebut pin gate katoda (cathode gate). Seperti inilah SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan seperti Gambar 1b. SCR dalam banyak literatur disebut Tiristor saja.
Gambar 1. Struktur
SCR
Melalui kaki (pin) gate tersebut komponen ini memungkinkan ditriger
menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi
arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover
(Vbo) sebuah SCR. Tegangan ini adalah tegangan minimum yang
diperlukan SCR untuk menjadi ON. Pada nilai arus gate tertentu,
ternyata akan membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang
kecil sekalipun misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan
arus sebuah SCR terlihat di Gambar 2.
Gambar 2. Karakteristik
kurva I-V SCR
Pada Gambar 2. tertera tegangan breakover Vbo, yang jika
tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih
penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi
lebih kecil. Pada Gambar 2.5 ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya
terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus triger gate
ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current).
Pada Gambar 2.5 ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang
mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari
anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current). Pada Gambar 2. kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau tiristor pada umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR dapat OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah tegangan triger pada gate yang menyebabkab SCR ON. Kalau dilihat dari model tiristor, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7 volt. Seperti contoh rangkaian di Gambar 2.6 berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0,7 volt. Maka dapat dihitung tegangan Vin yang diperlukan agar SCR ini ON adalah sebesar :
Vin = Vr + VGT
Vin = IGT(R) + VGT = 4,9 volt
Gambar 3. Rangkaian
SCR
Karakteristik Tiristor
Tiristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu’. Dinamakan demikian barangkali karena sifat komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk tiristor antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor), GTO (gate turn off switch), photo SCR, Triac dan Diac.Struktur Tiristor
Ciri-ciri utama sebuah tiristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor silikon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen tiristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) daripada sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Struktur tiristor ditunjukkan berikut ini:
Gambar 1. Struktur
Tiristor
Struktur dasar tiristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang
ditunjukkan di Gambar 2.1a. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai
dua buah struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah
seperti di Gambar 1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN
yang tersambung pada masing-masing kolektor dan basis. Jika divisualisasikan
sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur tiristor ini dapat diperlihatkan
seperti di Gambar 2.
Gambar 2 Visualisasi
Tiristor dengan Transistor
Terlihat di sini bahwa kolektor transistor Q1 tersambung pada basis
transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada basis
transistor Q1. Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan
arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = b Ib,
yaitu arus kolektor adalah penguatan arus basis.Jika ada arus sebesar Ib yang mengalir pada basis transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus basis Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak lain adalah arus basis bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari tiristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah struktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa tiristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Gambar 3. Tiristor
diberi tegangan
Jika pada tiristor ini diberi beban lampu DC dan diberi supplay tegangan
dari nol sampai tegangan tertentu seperti di Gambar 3. Ketika tegangan dinaikkan
dari nol maka lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada ditengah akan
mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut tiristor
dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang dapat mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir melewati tiristor sebagaimana dioda umumnya. Pada tiristor tegangan ini disebut tegangan breakover Vbo.
Dekoder 74LS47 untuk seven segment
Dekoder driver 74LS47 merupakan IC TTL yang mempunyai input 4 bit yaitu A, B, C, dan D serta 3 input ekstra RBI, RBO, LT. Ketiga input ekstra tersebut diaktifkan oleh suatu level rendah. Bilangan BCD tersebut dikodekan sehingga membentuk kode seven segmen yang akan menyalakan ruas-ruas yang sesuai pada peraga LED di dalamnya.
Gambar IC Dekoder
74LS47
Input lamp test (LT) akan menyalakan setiap segmen untuk melihat apakah
segmen-segmen tersebut beroperasi. Selanjutnya Ripple Blanking Input RBI
akan mematikan semua segmen bila rangkaian diaktifkan. Berikut ini adalah
bentuk tampilan yang bisa ditampilkan oleh display seven segmen :Dari gambar diatas bisa diketahui bahwa hanya sebagian kecil saja dari karakter yang dapat ditampilkan oleh display 7 segmen. Cara mendapatkan bentuk tampilan seperti pada gambar diatas diketahui dari table kebenaran dekoder 74LS47 berikut :
Table Table
Kebenaran dari Dekoder 74LS47
Aplikasi decoder 74LS47 pada seven segmet:Resistor sebagai Pembagi Tegangan
Resitor merupakan komponen pasif yang bersifat menghambat. Selain fungsi menghambat resistor juga memiliki fungsi pembagi tegangan. Rangkaian pembagi tegangan yang disusun dengan resistor terlihat seperti Gambar 1.
Gambar 1. Rangkaian
pembagi tegangan
Besarnya Vout memenuhi persamaan:Rangkaian pembagi tegangan di atas menghasilkan Vout yang konstan. Untuk mendapatkan nilai Vout yang dapat diatur tegangannya maka rangkaian di atas dapat diubah dengan sebuah potensiometer. Gambar potensiometer sebagai pembagi tegangan terlihat seperti Gambar 2.
Gambar 2. Potensiometer
sebagai pembagi tegangan
Driver Motor DC pada Robot Beroda dengan Konfigurasi H-BRIDGE MOSFET
Teori Motor
DC:
Motor DC adalah
piranti elektronik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa
gerak rotasi. Pada motor DC terdapat jangkar dengan satu atau lebih kumparan
terpisah. Tiap kumparan berujung pada cincin belah (komutator). Dengan adanya
insulator antara komutator, cincin belah dapat berperan sebagai saklar kutub
ganda (double pole, double throw switch). Motor DC bekerja berdasarkan
prinsip gaya Lorentz, yang menyatakan ketika sebuah konduktor beraliran arus
diletakkan dalam medan magnet, maka sebuah gaya (yang dikenal dengan gaya
Lorentz) akan tercipta secara ortogonal diantara arah medan magnet dan arah
aliran arus. Mekanisme ini diperlihatkan pada Gambar berikut ini.
Bagan mekanisme
kerja motor DC magnet permanen
Motor DC yang
digunakan pada robot beroda umumnya adalah motor DC dengan magnet permanen.
Motor DC jenis ini memiliki dua buah magnet permanen sehingga timbul medan
magnet di antara kedua magnet tersebut. Di dalam medan magnet inilah
jangkar/rotor berputar. Jangkar yang terletak di tengah motor memiliki jumlah
kutub yang ganjil dan pada setiap kutubnya terdapat lilitan. Lilitan ini
terhubung ke area kontak yang disebut komutator. Sikat (brushes)
yang terhubung ke kutub positif dan negatif motor memberikan daya ke lilitan
sedemikian rupa sehingga kutub yang satu akan ditolak oleh magnet permanen yang
berada di dekatnya, sedangkan lilitan lain akan ditarik ke magnet permanen yang
lain sehingga menyebabkan jangkar berputar. Ketika jangkar berputar, komutator
mengubah lilitan yang mendapat pengaruh polaritas medan magnet sehingga jangkar
akan terus berputar selama kutub positif dan negatif motor diberi daya.
Kecepatan putar motor DC (N) dirumuskan dengan Persamaan berikut.
Pengendalian
kecepatan putar motor DC dapat dilakukan dengan mengatur besar tegangan
terminal motor VTM. Metode lain yang biasa digunakan untuk
mengendalikan kecepatan motor DC adalah dengan teknik modulasi lebar pulsa atau
Pulse Width Modulation (PWM).
Teori
H-Bridge MOSFET:
H-bridge
adalah sebuah perangkat keras berupa rangkaian yang berfungsi untuk
menggerakkan motor. Rangkaian ini diberi nama H-bridge karena
bentuk rangkaiannya yang menyerupai huruf H seperti pada Gambar berikut.
Rangkaian ini
terdiri dari dua buah MOSFET kanal P dan dua buah MOSFET kanal N. Prinsip kerja
rangkaian ini adalah dengan mengatur mati-hidupnya ke empat MOSFET tersebut.
Huruf M pada gambar adalah motor DC yang akan dikendalikan. Bagian atas
rangkaian akan dihubungkan dengan sumber daya kutub positif, sedangkan bagian
bawah rangkaian akan dihubungkan dengan sumber daya kutub negatif. Pada saat
MOSFET A dan MOSFET D on sedangkan MOSFET B dan MOSFET C off,
maka sisi kiri dari gambar motor akan terhubung dengan kutub positif dari catu
daya, sedangkan sisi sebelah kanan motor akan terhubung dengan kutub negatif
dari catu daya sehingga motor akan bergerak searah jarum jam dijelaskan pada
Gambar berikut.
Sebaliknya,
jika MOSFET B dan MOSFET C on sedangkan MOSFET A dan MOSFET D off,
maka sisi kanan motor akan terhubung dengan kutub positif dari catu daya
sedangkan sisi kiri motor akan terhubung dengan kutub negatif dari catu daya.
Maka motor akan bergerak berlawanan arah jarum jam dijelaskan pada Gambar
berikut.
Konfigurasi lainnya
adalah apabila MOSFET A dan MOSFET B sedangkan MOSFET C dan MOSFET D off.
Konfigurasi ini akan menyebabkan sisi kiri dan kanan motor terhubung pada kutub
yang sama yaitu kutub positif sehingga tidak ada perbedaan tegangan diantara
dua buah polaritas motor, sehingga motor akan diam. Konfigurasi seperti ini
disebut dengan konfigurasi break. Begitu pula jika MOSFET C dan MOSFET
D saklar on, sedangkan MOSFET A dan MOSFET C off, kedua polaritas motor akan
terhubung pada kutub negatif dari catu daya.Maka tidak ada perbedaan tegangan
pada kedua polaritas motor, dan motor akan diam. Konfigurasi yang harus
dihindari adalah pada saat MOSFET A dan MOSFET C on secara
bersamaan atau MOSFET B dan MOSFET D on secara bersamaan. Pada
konfigurasi ini akan terjadi hubungan arus singkat antara kutub positif catu
daya dengan kutub negatif catu daya.
Konfigurasi Pengujian H-bridge
MOSFET
Nah temen2 udah baca
teorinya diataskan… sip semoga temen2 faham ^_^. Oke deh ni dia ane share
rangkaian skematic driver motor DC MOSFET yang ane gunakan
pada robot ane.
Transistor jenis Mosfet dipilih karena transistor ini terkenal karena kesanggupan dilalui arus yang relatif besar jika dibandingkan dengan transistor lain, serta memiliki daya disipasi yang kecil. Sehingga Transistor ini dapat menghemat pemakaian daya. Sisi masukan tegangan rendah dengan sisi tegangan motor dipisahkan dengan optocoupler. Ground untuk tegangan motor dan tegangan rendah juga dipisahkan. Hal ini dimaksudkan untuk memproteksi pengendali dari arus besar yang mungkin terjadi apabila ada komponen pada tegangan besar yang mengalami kerusakan.
Membuat Zero Detector
Zero DetectorBagian ini berfungsi untuk mendeteksi sinyal AC saat mengalami tegangan nol volt (saat zero). Proses pendeteksiannya dengan menggunakan komparator. Komparator yang digunakan adalah LM393. Komparator ini termasuk jenis Low Power Low Offset Voltage Dual Comparator. Outputnya menggunakan open collector. Rangkaian komparator ini dirangkai berdasarkan rangkaian yang terdapat pada penjelasan datasheet-nya. Rancangan rangkaiannya ialah sebagai berikut:
Gambar Rangkaian Zero
Detector
Prinsip kerjanya dengan membandingkan tegangan AC terhadap tegangan
referensi yang dihubungkan ke ground (0 volt). Masukan AC berasal dari
trafo step down yang sudah diturunkan lagi dengan resistor pembagi
tegangan.Saat fase positif komparator akan menghasilkan output high (Vcc) dan saat fase negatif komparator akan menghasilkan output low (0 volt). Jadi outputnya adalah gelombang kotak dengan frekuensi sesuai dengan frekuensi AC-nya yaitu 50 Hz.
Pada saat Positive Going Transition (PGT) atau Negative Going Transition (NGT) inilah saat terjadi zero. PGT atau NGT inilah yang dibaca oleh mikrokontroler sebagai zero.
Karakteristik Triac
Struktur Triac sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR namun arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Triac yang digunakan dalam penelitian ini adalah seri BT13X. Simbol Triac ditunjukkan di Gambar 1. Triac biasa juga disebut tiristor bi-directional.
Gambar 1. Simbol
Triac
Triac bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik jika dilihat dari arus dan
tegangannya terlihat di Gambar 2.
Gambar 2. Karakteristik
kurva I-V Triac
Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar
parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan
-IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya
besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan
desain, dapat dianggap parameter ini simetris sehingga lebih mudah dihitung.MOC302X
MOC302X adalah driver Triac yang didalamnya menggunakan isolasi optis (optocoupler). Driver ini menjembatani sinyal triger yang berasal dari kontroler yang umumnya memiliki level tegangan dan arus kecil dengan bagian beban yang memiliki tegangan dan arus yang relatif tinggi. Skema dalam MOC302X ini terlihat di Gambar 3.
Gambar 3. Skema
dalam MOC302X
Komponen ini memiliki 6 kaki dengan 2 kaki yang tidak digunakan. Kaki anoda
(1) dihubungkan ke Vcc, kaki katoda (2) dihubungkan dengan pulsa triger yang active
low. Fungsi triger dengan active low ini adalah untuk menghindari
kontroler melakukan sourcing (mengeluarkan arus) sehingga tidak
membebani kontroler yang umumnya hanya mampu mengeluarkan arus yang sangat
kecil. Kaki 4 dan 6 dihubungkan dengan beban. Kaki 3 dan 5 tidak digunakan.
Rangkaiannya terlihat seperti Gambar 4.
Gambar 4. Rangkaian
dasar MOC302X
Pada saat ada pulsa low di kaki 2 maka dioda dalam MOC302X akan
memancarkan cahaya sehingga arus dari beban dapat mengalir dari kaki 6 melalui
driver dan keluar melalui kaki 4 yang akan mentriger kaki gate Triac
yang bersangkutan. Pada saat itulah Triac dalam keadaan ON sehingga dapat
mengalirkan daya sesuai dengan waktu firing-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar